Pengaplikasian Serbuk Kayu Secang (caesalpinia sappan. L) dan Suhu Penyimpanan pada Kecap Kelapa Borneo

  • Andi Maryam Politeknik Negeri Sambas

Abstract

Kecap Kelapa Borneo adalah produk kecap manis yang berasal dari pemasakan air kelapa yang ditambahkan gula merah dan rempah-rempah. Proses pembuatannya tanpa menambahkan bahan pengawet menyebabkan Kecap Kelapa Borneo memiliki umur simpan yang relatif singkat jika disimpan pada suhu ruang. Kayu secang dapat ditambahkan pada bahan pangan berfungsi sebagai pengawet alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk kayu secang dan suhu penyimpanan terhadap umur simpan,  mutu fisik, mikrobiologis dan kimia Kecap Kelapa Borneo. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu penambahan serbuk kayu secang  KS1 = 2,34 gram,  KS2 = 3,9 gram dan KS3 = 5,46 gram. Faktor kedua yaitu P1 = penyimpanan pada suhu ruang 24 – 35˚C dan P2 = penyimpanan pada suhu dingin 10 – 15˚C. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan  KS1P1, KS2P1 dan KS3P1 (penyimpanan suhu ruang 24 – 35˚C) dan KS1P2, KS2P2 dan KS3P2  (penyimpanan pada suhu dingin 10 – 15˚C) pada hari ke-1 sampai hari ke-35 secara sensori masih dalam kondisi baik. Kondisi ini ditandai dengan aroma harum khas gula merah dan rempah-rempah masih tercium kuat. Warna yang dihasilkan masih berwarna hitam kecoklatan, namun perlakuan yang disimpan pada suhu ruang memiliki tekstur lebih encer sedangkan pada penyimpanan suhu dingin memiliki tekstur lebih kental. Hasil uji mikrobiologi baik perlakuan yang disimpan pada suhu ruang maupun suhu dingin dinyatakan negatif mengandung cemaran bakteri coliform. Perlakuan KS3P2 menghasilkan nilai viskositas tertinggi yaitu  28,12 dpas dan kandungan protein tertinggi yaitu sebesar dan 24,76%.

Published
2023-07-10
How to Cite
MaryamA. (2023). Pengaplikasian Serbuk Kayu Secang (caesalpinia sappan. L) dan Suhu Penyimpanan pada Kecap Kelapa Borneo. Jurnal Agroindustri Pangan, 2(2), 56-67. https://doi.org/10.47767/agroindustri.v2i2.548